Tipe Ibu kamu Perfeksionis, Unpredictable, Sahabat, Me-first, atau Complete?

Terapis Keluarga dan Psikolog Klinis di Los Angeles, Dr.Stephan Poulter menjelaskan bahwa terdapat lima tipe ibu dan kekuatan anak serta warisannya yang sesuai berdasarkan kelima tipe Ibu berikut :

1. Ibu Perfeksionis

Biasanya wanita yang terlalu mengontrol, penakut dan cemas akan penampilan yang dianggap segalanya, anak-anaknya akan cenderung terlalu kritis terhadap diri mereka sendiri, merasa tidak mampu dan kosong secara emosional.

Untuk anak-anak dari Ibu yang Perfeksionis…

Kekuatan Anda: Anda dapat memiliki rasa komitmen yang kuat dalam hubungan, dan bertanggung jawab serta dapat diandalkan dalam segala hal yang anda lakukan. Anda menghargai kerja keras dan ketekunan sebagai kualitas karakter inti.

Warisan emosional: Anda selalu merasa bahwa pendapat orang lain jauh lebih penting daripada pendapat anda sendiri. Anda sering kali merasa lebih yakin bahwa dunia sedang mengawasi dan menilai anda

2. Ibu yang tidak bisa ditebak (unpredictable)

Karena cemas, marah, dan sangat emosional, Ibu dengan tipe ini diliputi oleh perasaan sehingga gaya pengasuhannya hanya didasarkan pada suasana hati. Tipe ini memiliki gaya paling kacau dari kelima gaya. Seringkali Ibu tipe unpredictable ini menciptakan masalah-masalah dan krisis dalam pikirannya, melalui emosi dan hubungannya kemudian meneruskannya kepada anak-anaknya.

Untuk anak-anak dari Ibu yang tidak terduga…

Kekuatan anda: Keterampilan yang sangat baik dan kemampuan berempati. Seringkali menjadi motivator hebat, anda menawarkan dukungan emosional kepada kolega serta teman dan keluarga.

Warisan emosional: Tumbuh dengan kebutuhan yang mendarah daging untuk menjaga orang dan emosional mereka, anda bisa kewalahan oleh emos seperti kemarahan, kecemasan dan depresi. Anda belajar sejak dini tentang cara membaca orang dan situasi, untuk mengelola perasaan yang kuat dari orang lain.

3. Ibu Sahabat terbaik

Ibu tipe sahabat senang memperlakukan anak-anaknya secara setara untuk menghindari tanggung jawab dalam menetapkan batasan. Ibu dengan tipe ini percaya hidupnya akan berakhir jika dia melakukan pola asuh keibuan, sehingga ia menghindari peran tersebut. Sebaliknya, baik anak maupun orang tua mengambil peran sebagai pasangan dan kepercayaan emosional sehingga meninggalkan anak menjadi “motherless”. Pada situasi tersebut, kebutuhan emosional Ibu begitu menguras tenaga, sehingga ia harus bergantung pada anak untuk memenuhinya.

Untuk anak-anak dari Ibu sahabat…

Kekuatan anda: Anda memahami pentingnya batasan antara orang tua, anak, kolega da keluarga . Karena rasa “motherless”, anda sering kali sadar bahwa anda yang memimpin dan mengambil peran yang bertanggung jawab sebagai orang dewasa.

Warisan emosional: Anda mungkin merasa diabaikan secara emosional karena takut ditolak. Anda bisa merasa kesal dan getir dalam hubungan, cenderung merasa tidak dicintai dan kurang dihargai,

4. Ibu Me-first

Salah satu gaya pengasuhan yang paling umum, me-first tidak dapat memandang anak-anak mereka sebagai individu yang terpisah dan cenderung mementingkan diri sendiri dan merasa tidak aman. Keturunan mereka akan belajar sejak usia dini bahwa peran mereka adalah membuat ibu mereka bersinar.

Untuk anak-anak dari tipe Ibu me-first

Kekuatan anda: Anda sangat pandai mendukung orang lain dan intuitif serta berwawasan luas dengan orang-orang di semua jenis hubungan. Anda setia dan suportif, mampu menghargai kebutuhan orang lain dan memecahkan masalah.

Warisan emosional: Anda meragukan kemampuan pengambilan keputusan anda sendiri. Anda merasa sulit untuk mempercayai perasaan anda sendiri dalam hal apapun karena anda menganggap pendapat ibu lebih penting dan kuat daripada pendapat anda sendiri.

5. Ibu yang lengkap (complete)

Ibu tipe lengkap menggabungkan elemen terbaik dari empat tipe lainnya. Seimbang secara emosional, ia dapat melihat anak-anaknya sebagai individu dan membantu mereka mencapai kemandirian mereka sendiri. Meskipun ia belum tentu menyempurnakan dirinya sendiri, tetapi apa pun keadaan emosinya, dia berkomitmen menjadi Ibu, terlepas dari tanggung jawab lain di luar rumah.

Untuk anak-anak dari Ibu lengkap…

Kekuatan anda: Karena anda merasa dicintai dan dipahami, anda dapat mengambil risiko, merangkul perubahan dan memulai hubungan tanpa takut ditolak.

Warisan emosional: Anda akan memiliki kemampuan dan wawasan untuk menghargai bahwa orang lain, kolega dan anggota keluarga memiliki sudut pandang mereka sendiri. Anda akan mampu mengatasi tantangan, menjadi mandiri dan tidak tidak akan merasa terikat secara emosional dengan Ibu anda. (salma/dita)

Sumber : https://www.psychologies.co.uk/five-mother-types

PENTINGNYA MENJAGA EMOTIONAL HEALTH SAAT IBU HAMIL DAN SETELAH MELAHIRKAN

Seringkali para ibu mengalami emosi yang sulit selama kehamilan, atau setelah kelahiran seorang anaknya. Itu merupakan hal yang wajar jika ibu memiliki pikiran negatif, rasa malu, ragu, atau cemas. Mungkin disebabkan karena khawatir tentang proses kelahiran, kurang tidur, atau kekhawatiran tentang bagaimana peran ibu sebagai orang tua.

Emotional Health adalah keadaan sehat, sejahtera, dan puas. Ketika seorang ibu memiliki kesehatan emosional saat hamil, ia akan lebih aktif, mampu mengatasi stres, memiliki tujuan, menjaga hubungan, dan menikmati hidup. Menjaga kesehatan emosional memiliki manfaat bagi ibu dan bayi nya. Kesehatan emosional yang baik juga membantu menjaga hubungan positif dengan anak-anak yang lebih tua dan keluarga lainnya. Mereka dapat membantu mendukung Anda dan pasangan melalui tantangan dalam menyesuaikan diri dengan bayi baru.

Saat ibu sedang hamil, bayi yang ada di dalam kandungannya juga akan dihadapkan pada semua yang peristiwa yang dialami oleh ibu. Ini termasuk suara di lingkungan, udara yang ibu hirup, makanan yang ibu makan, dan emosi yang ibu rasakan.

Saat ibu merasa bahagia dan tenang, hal itu memungkinkan bagi bayi anda untuk berkembang dalam lingkungan yang bahagia dan tenang. Namun, emosi seperti stres dan kecemasan dapat meningkatkan hormon tertentu dalam tubuh ibu, yang dapat memengaruhi perkembangan tubuh dan otak bayi nya

Sejak lahir, interaksi yang ibu lakukan dengan bayi membantu membentuk cara dia untuk berpikir, merasakan, dan berperilaku di kemudian hari. Interaksi ini juga membantu membentuk ikatan emosional yang penting antara ibu dan anaknya. Inilah mengapa menjaga kesehatan emosional pada ibu menjadi sangat penting.

Kehamilan bisa menghadirkan berbagai macam emosi. Pada saat seorang ibu mencapai titik terendah, penting untuk menemukan cara kembali ke keadaan emosional yang baik. Jika ibu kesulitan menemukan kebahagiaan dalam kehamilan, penting untuk berbicara dengan orang yang mendukung dalam hidup si ibu serta dengan dokter atau psikolog. Mereka dapat membantu ibu menemukan sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat merasa lebih positif. Dengan berfokus pada perawatan diri dan tindakan kenyamanan fisik, ibu dapat merasakan kebahagiaan kembali selama masa kehamilan. (desipuspita/diarim)

Sumber:

https://www.healthline.com/health/pregnancy/pregnancy-happiness#takeaway

Review Film : Sabtu Bersama Bapak

Pada dasarnya, kehidupan berkeluarga memiliki waktu-waktu tertentu dimana setiap anggotanya dapat merasakan emosi seperti bahagia, cemas, maupun sedih. Dalam kejadian yang tidak dapat terelakkan, seperti kematian, setiap anggota keluarga dapat mengalami fase yang berbeda-beda bagi masing-masing individunya. Untuk orang-orang yang ditinggalkan, rasa kehilangan sudah pasti hinggap untuk beberapa waktu. Namun, bagaimana dengan orang yang meninggalkan? Kematian memang tidak bisa diprediksi, tetapi untuk anggota keluarga yang tahu bahwa ia akan meninggalkan keluarganya, apa yang sebenarnya dirasakan?

            Dalam film “Sabtu Bersama Bapak”, penonton dapat mengetahui perasaan tokoh “Bapak” (Abimana Aryasatya) sebagai seseorang yang harus meninggalkan keluarganya lebih cepat. Disini, tokoh “Bapak” divonis oleh dokter bahwa ia menderita kanker dan hanya menceritakan hal tersebut kepada istrinya yang bernama ibu Itje (Ira Wibowo). Kedua anak mereka yaitu Satya (Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahendra) yang saat adanya vonis tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar tidak tahu menahu mengenai penyakit yang diderita oleh Bapak.

Dikarenakan penyakitnya, Bapak merasa sedih dikarenakan ia terancam tidak bisa melihat kedua anaknya beranjak dewasa dan tidak bisa mengiringi mereka dalam fase-fase perkembangan di hidupnya. Bapak merasa memiliki kewajiban untuk dapat menuntun dan menjadi tempat berbagi cerita sekaligus pemberi saran ketika kedua anaknya mengalami kesulitan dalam fase tertentu. Dalam mengatasi kesedihan tersebut, Bapak membuat sejumlah video yang berisikan pesan-pesan untuk kedua anaknya.

            Setelah kematian bapak, Satya dan Cakra mulai menonton video pesan-pesan tersebut setiap hari Sabtu, sepulang mereka sekolah. Pesan-pesan tersebut ditonton dari mulai mereka masih duduk di bangku sekolah dasar sampai keduanya beranjak dewasa. Pesan yang ada sekiranya mengenai saran dalam menghadapi masalah hidup, cerita yang dilontarkan Bapak, dan keduanya meresapi pesan-pesan yang diberikan oleh Bapak.

Namun, pada film ini, tidak hanya berfokus mengenai apa yang dirasakan bapak, ada pula saat-saat tertentu bahwa setiap anggota keluarga yang masih melanjutkan hidupnya juga mengalami masalah tertentu. Seperti pada Satya yang memiliki masalah saat membina rumah tangga bersama istrinya, lalu Cakra yang tidak kunjung menemukan jodoh, serta ibu Itje yang sedang merahasiakan masalah besar dalam hidupnya.

            Pesan-pesan yang diberikan Bapak memang awalnya dibuat untuk membantu kedua anak serta istrinya jika menemukan kesulitan tertentu dalam kehidupan. Tetapi disini, ketiga individu tersebut menghadapi masalah yang berbeda-beda pula, dimana dibutuhkan kemampuan intrinsik masing-masing individu dalam menghadapi masalahnya masing-masing, tidak hanya sekedar bergantung dengan saran yang sudah diberikan Bapak, tapi turut mengimplementasikan makna dari saran-saran tersebut di kehidupan.

            Di awal menyaksikan film “Sabtu Bersama Bapak”, sebagai penonton, saya mengira bahwa alur dari film ini akan terkesan lambat dan berputar di fase yang itu-itu saja. Tokoh “Bapak” sendiri menurut saya cukup unik, mungkin dikarenakan tokoh tersebut selalu muncul dalam alur film, namun tidak “terjun langsung” dalam menghadapi permasalahannya. Ibaratnya, tokoh “Bapak” memang terkesan menjadi tokoh utama (dilihat dari judul film ini), tetapi seiring berjalannya kehidupan anggota keluarganya, tokoh “Bapak” terasa seperti pemeran pendukung yang dengan setia akan “mengawasi” dan “melindungi” anggota keluarga tidak peduli bagaimana kondisinya. Ditinggalkan seseorang yang tersayang untuk selamanya memang bukan hal yang mudah, namun disini tokoh “Bapak” turut menemani anggota keluarganya dalam proses merelakan hal tersebut.

Two people looking at the camera

Description automatically generated

Film “Sabtu Bersama Bapak” selain dikemas secara apik dari segi alur juga turut memberikan banyak pesan moral yang dapat diambil untuk semua individu. Adanya tokoh “Bapak” yang terus mengiringi keluarganya meskipun sudah tidak bersama lagi, membuat penonton dapat mengambil pesan moral bahwa waktu bersama keluarga merupakan waktu yang penting untuk dihabiskan, tidak untuk dibuang begitu saja. Lalu, meskipun terdapat “absen” salah satu anggota keluarga, sudah semestinya kita harus tetap melanjutkan kehidupan serta menghadapi masalah tertentu dibandingkan terus menerus merasakan duka. Mengapa demikian? ketidakhadiran secara fisik memang tidak bisa diubah lagi, namun kenangan serta pesan tertentu yang membekas di masing-masing diri dapat dijadikan pelajaran dan panduan kita dalam melanjutkan hidup bukan?

cr. Annisa Mia

Risk From Faults

Now it comes.
A while ago, we clearly see life is fine.
There’s nothing, no need to worry before.
‘Cause we think we are some super human or somewhat having a magic inside.
But, nope.
That’s the stupidest thing we ever thought.
We see that we are all just a human,
we had the same chance to die and live like another.
Now, the invisible weapon comes.
We are not ready for that!
And we won’t figure it out before.
We do not have any shield nor another weapon to attack.
It’s too late, we just need help from the time at last.
There must be no regret for this, because it’s the risk from our fault.
We need to trust one another, be together to end this.
I hope y’all know this thing already,
Good luck and try to live as long as possible!

– diarim

Hari Yang Tidak Biasa

Tik… tik… tik…
Kupandangi jam dinding sedari 1 jam yang lalu,
hanya hening dan sunyi senyap yang kudapat.
Sungguh aku tak terbiasa dengan keheningan ini.
Rasanya kebahagiaanku terkekang,
sekarang dia entah ada dimana.
Kerinduanku juga sangat membuncah,
ingin lagi melihat lalu lalang manusia di kampus ungu, serta tatapan hangat orang-orang di sana.
Ini menyedihkan dan melelahkan bagiku.
Rasanya malu tidak bersyukur atas kehidupan sebelumnya.
Dimana masih bisa merasakan bertemu dengan sesama, bertukar senyum, dan kesibukan yang sering dikeluhkan.
Apalagi saat ini,
tiada lagi kemenangan waktu maghrib yang menyenangkan.
Rasanya aku seperti tidak bisa untuk melewati hari sulit ini.
Tetapi aku juga tidak bisa membiarkan nyawaku terbunuh untuk saat ini.
Tak ada cara lain dan tak ada pilihan untukku, keluargaku, dan semua orang.
Selain menguatkan diri dengan rasa syukur atas kehidupan hari ini.
Bersyukur masih dapat menjalani hari yang tidak biasa ini dengan raga yang masih kuat untuk bertahan.

– diarim

Siswa Jalur Zonasi Juga Berpotensi

Pelatihan hari ke-2 di Kelas IPA SMAN 1 Kediri

Banyak persoalan yang menjadi keluhan sekolah ketika sistem zonasi diterapkan dalam proses penerimaan siswa. Sekolah yang dulunya hanya menerima siswa-siswa dengan kriteria baik secara akademik, kali ini ditantang untuk dapat mengelola input yang bervariasi. Tidak hanya tentang kemampuan dalam belajar, variasi juga terjadi pada karakteristik dan motivasi siswa.

Persoalan ini juga dialami oleh sekolah yang merupakan klien Pusat Terapan Psikologi Pendidikan (PTPP), salah satunya adalah SMA Negeri 1 Kediri. Mereka mendapatkan beberapa siswa yang mengalami kesulitan beradaptasi dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan guru. Selain itu, para siswa tersebut juga mempunyai motivasi yang tidak terlalu kuat untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Mereka kadang lebih suka nongkrong di kantin, tempat parkir, hingga tidak mengumpulkan tugas belajar. Berdasarkan dari hasil  observasi pihak sekolah, sebagian besar dari siswa-siswa tersebut adalah mereka yang masuk dari jalur zonasi. Simpulan ini didapatkan, karena sebelum sistem zonasi diberlakukan, persoalan serupa tidak pernah terjadi.

PTPP sebagai lembaga yang menjadi partner atau konsultan dari SMA yang bersangkutan, berusaha mencermati data yang diberikan oleh pihak sekolah. PTPP memegangh prinsip bahwa setiap anak diciptakan dalam kondisi sempurna dengan keunggulan masing-masing. Berbekal spirit ini, ditemukan hukum sebab akibat yang bisa berbolak-balik. Perilaku yang tidak kooperatif dengan pembelajaran tidak selalu merupakan dampak dari sistem zonasi. Kemungkinan yang terkuat adalah perilaku tersebut dipicu sebagai kompensasi atas persepsi siswa dari jalur zonasi atas kemampuan mereka sendiri. Anggapan orang dan kesulitan mereka dalam menyesuaikan diri dengan anak yang punya prestasi akademik lebih baik, membuat mereka lebih memilih menarik diri. Perilaku tidak kooperatif menjadi alternatif yang lebih terhormat daripada mengikuti proses belajar dan berusaha mengumpulkan tugas tetapi dinilai tidak baik dan dianggap bodoh. Kembali lagi hal ini berkaitan dengan perlakuan sekolah yang perlu dibenahi secara sistemik.

Namun untuk SMA Negeri 1 Kediri, telah mengambil langkah yang sangat bagus. Mereka melakukan berbagai upaya untuk mendukung keberhasilan belajar siswa dari jalur zonasi. Keberadaan guru pendamping kelas, menyebut para siswa dengan kelas excellent, hingga meminta konsultan (dalam hal ini PTPP) untuk menjadi pendamping bagi keberhasilan belajar mereka. Karena itulah, pihak sekolah meminta PTPP untuk melakukan serangkaian kegiatan, dan salah satu yang sudah terselenggara sebagai awalnya adalah pelatihan untuk siswa jalur zonasi.

Tentu saja pelatihan ini diawali dengan identifikasi kebutuhan yang bersumber dari informasi guru dan pengelola siswa zonasi. PTPP mendapatkan informasi profil para siswa sebagai input yang akan dikelola melalui pelatihan. Dari hasil identifikasi kebutuhan, PTPP memberikan pelatihan penguatan konsep diri siswa.

Pelatihan Penguatan Konsep Diri Siswa Zonasi

Pelatihan hari ke-1 kelas IPS SMAN 1 Kediri

Pelatihan penguatan konsep diri untuk siswa zonasi di SMA Negeri 1 Kediri dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu untuk kelas IPS dan IPA. Masing-masing sesi membutuhkan waktu 4 jam, sehingga pelatihan ini dilakukan dalam dua hari.

Hari pertama diawali dengan kelas IPS yang menjadi pesertanya, kemudian di hari kedua barulah kelas IPA juga memperoleh pelatihan yang sama. Selama proses pelatihan, fasilitator tetap melakukan pengamatan untuk melihat keterlibatan siswa dalam belajar. Beberapa anak memang mengalami kesulitan untuk menyerap materi yang diberikan. Namun dengan sistem mentoring kelompok dan bimbingan langsung dari fasilitator, siswa yang mengalami kesulitan dapat memperoleh pemahaman yang sama. Selebihnya, siswa-siswa jalur zonasi punya potensi yang tidak kalah bagusnya dengan anak-anak yang lain.

Sesi pelatihan terdiri dari tiga bagian. Pertama, siswa mendapatkan materi pengenalan diri. Dengan mengenali dirinya, mereka akan mengidentifikasi keunggulan atau kekuatannya. Keunggulan ini selanjutnya dapat menjadi modal yang diberdayakan untuk belajar. Sesi kedua, peserta diajak untuk membuat visi dalam hidupnya. Mereka diberikan keleluasaan untuk bermimpi dan membangun cita-citanya. Mereka melakukan wawancara untuk majalah masa depan dan membuat pidato undangan reuni di tahun 2030. “Dengan melakukan proyeksi melalui cara-cara yang imajinatif, diharapkan siswa lebih membuka diri untuk membuat impian setinggi-tingginya”, demikian kata Rudi Cahyono yang menjadi fasilitator dalam kegiatan tersebut. Sesi ketiga, peserta dibimbing untuk membuat rencana aksi selama sepuluh tahun ke depan. Mereka diminta membuat kegiatan utama di setiap tahunnya, mulai dari 2020 sampai dengan 2030. Rancangan aksi ini akan menjadi panduan untuk melihat progres yang dibuat oleh siswa. Evaluasi pencapaian didampingi oleh PTPP dan pihak sekolah.

Selama dua kali pelatihan, peserta mendapatkan kesan positif atas kemajuan yang mereka peroleh. Peserta menjadi semakin mengenali potensi atau kekuatannya. Dengan demikian hal ini menjadi modal mereka untuk lebih percaya diri dalam belajar serta menuju kepada cita-citanya.

Untuk agenda yang akan datang, nantinya akan ada tindak lanjut dari hasil pelatihan kali ini, selain itu PTPP juga merancang kegiatan untuk pelatihan penalaran bagi siswa kelas percepatan (rudicahyo/Lala).

PTPP: Kami Belajar, Kami Mengembangkan Diri, Kami Punya Idealisme

Kegiatan PTPP banyak, klien kami juga beraneka ragam, mulai dari institusi sampai pribadi. Sebagai organisasi profesional, kami mengelola klien, kami diberikan kompensasi atas jasa layanan yang kami berikan, itu pasti. Tapi kami lebih dari sekadar berdagang servis. Kami belajar, kami mengembangkan diri, dan kami punya idealisme. Continue reading PTPP: Kami Belajar, Kami Mengembangkan Diri, Kami Punya Idealisme

Tahukah Kamu, Ada Banyak Cara Efektif utuk Membentuk Perilaku Anak?

Orangtua maupun guru pasti kenyang dengan pengalaman mendidik anak atau muridnya, termasuk untuk membentuk atau membiasakan perilakunya. Tak jarang orangtua atau guru dibikin pusing oleh perilaku anak atau siswa. Karena itu, setiap orangtua atau guru wajib tahu bagaimana membentuk dan mengondisikan perilaku anak atau siswanya. Continue reading Tahukah Kamu, Ada Banyak Cara Efektif utuk Membentuk Perilaku Anak?