Pernah terjebak di sebuah situasi yang diciptakan orang lain, misalnya harus mengikuti anjurannya, menuruti kehendaknya, melakukan yang dia mau, tanpa kita bisa menolaknya? Situasi ini bisa diciptakan secara sepihak atas diri kita, sehingga kita mengikuti apa yang ia mau. Ini disebut dengan Fetakompli.
Boni adalah seorang atasan Anda langsung. Sementara di atas Boni ada pemimpin puncak. Suatu ketika, pemimpin puncak ingin mengadakan sebuah program dan melibatkan beberapa bawahan. Di setiap bagian, diminta untuk menyetorkan nama, termasuk si Boni.
Awalnya, Boni menawarkan kepada bawahan tentang kesediaan bergabung dalam program. Namun ternyata, banyak anak buah Boni yang tidak bisa ikut, karena ada banyak kegiatan lain yang harus dihandle oleh mereka.
Di suatu batas waktu, sanga pemimpin puncak bertanya kepada kepada Boni, tentang usulan nama yang akan mengikuti program. Ternyata si Boni belum mengantongi nama. Pimpinan puncak mengatakan bahwa hanya divisinya Boni yang belum menyetor nama. Maka kebingunganlah si Boni.
Agar Boni aman, dia berinisiatif mengajukan nama. Ia mencari orang yang memiliki peluang kecil untuk menolak. Boni memang memperhitungkan kesibukan dari orang yang akan diajukan. Tetapi Boni lebih menekankan kepada lemahnya orang tersebut untuk menolak. Agar yang dilakukan Boni berjalan mulus, maka ia menransformasikan kesibukan bawahan yang akan diajukan, yang mungkin dapat menghambat rencananya, menjadi keuntungan buat bawahan tersebut. Boni menyebutnya alasan untuk pengembangan diri si bawahan.
Tidak berhenti sampai di situ, Boni segera menghubungi bawahan yang akan diajukan. Kepada bawahan tersebut, Boni mengatakan bahwa pimpinan puncak yang menunjuk dirinya dengan pertimbangan untuk pengembangan diri bawahan tersebut. Dengan demikian, Boni telah memberdayakan seluruh kekuatan dan kelemahan untuk kepentingan dirinya, sehingga si bawahan tidak berkutik.
Ilustrasi cerita di atas menggambarkan tentang tindakan yang disebut dengan fetakompli (atau dalam istilah aslinya disebut fait accompli). Jadi fetakompli ini sifatnya bisa sangat kompleks. Untuk terwujudnya sebuah keinginan, seseorang bisa melakukan fetakompli dengan meperhitungkan berbagai aspek sekaligus. Seperti yang dilakukan oleh Boni, ia menganalisis kelemahan (pemanfaatan kelemahan orang lain), kemudian mengubah hambatan yang mungkin muncul menjadi peluang, yaitu dengan menjadikannya seolah-olah keuntungan buat orang lain (transformasi hal yang merugikan menjadi keuntungan) dan yang terakhir, menggunakan pihak yang punya otoritas atau kekuatan sebagai senjata.
Pernah mengalami fetakompli?
Itulah situasi saya. Terima kasih penjelasannya. Setelah itu adakah pembahasan untuk meng-counter fetacompli?