Salah satu materi dalam on the job training (OJT) magang 6.0 Pusat Terapan Psikologi Pendidikan (PTPP) adalah skil menjadi trainer. Untuk itu, PTPP memberikan keterampilan dasar sebagai trainer bagi anak magangnya. Bersama Ken Sasmita, seorang fasilitator nasional, kami belajar bersama.
Tertawa lepas dari para peserta training membahana di seluruh ruangan. Sesekali teriakan mereka meletup sampai menembus sekat-sekat ruang. Ya, begitulah semangat para peserta training dengan tajuk materi “Kemampuan Dasar Menjadi Trainer”.
Kenapa disebut ‘kemampuan dasar’. Karena pada salah satu rangkaian acara OJT dari magang 6.0 PTPP, mereka mendapatkan bekal dasar sebagai trainer. Bersama master fasilitator nasional, Ken Sasmita, para magang belajar bersama.
Meskipun OJT kali ini dikemas dan dipersembahkan untuk magang 6.0, tapi khusus untuk acara training kemampuan dasar menjadi trainer semua magang diikutkan, yaitu magang 5.0 yang sedianya menajadi panitia, magang 6.0 yang memang sebagai sasaran utama, dan juga ditawarkan untuk diikuti para alumni magang 4.0. Jadilah suasana training sangat heboh, disamping karena banyaknya peserta, juga karena ada nuansa reuni diantara mereka.
Tepat pukul 08.30, acara dibuka oleh Direktur PTPP, Rudi Cahyono. Beliau menyampaikan harapannya, agar para magang PTPP mendapatkan kemampuan lebih sebagai pribadi, dan juga sebagai ilmuwan psikologi maupun psikolog nantinya. Karena itu, para magang seharusnya tidak hanya bisa memandu tes saja, tetapi juga bisa mengelola forum. “Minimal bisa mengelola orang lain. Karena ilmuwan psikologi atau psikolog adalah seorang people helper yang pekerjaannya adalah menolong orang lain dengan dirinya. Terutama skill mulutnya”, demikian imbuh Rudi.
Selanjutnya, waktu diberikan kepada sang trainer, Ken Sasmita. Mas Ken (panggilan akrab Ken Sasmita) mangawali dengan bercerita tentang pengalamannya pertama kali menggeluti bidang training. Ternyata pengalman Mas Ken diawali dengan menjadi seorang tata kelola panggung, manajemen teknis, bahkan sampai tukang foto dan shooting video. Seiring berjalannya waktu, ia diberikan peran yang mulai berhubungan dengan mengelola forumnya. Jadilah ia pemandu energizer, ice breaking, pembuka pertemuan, dan mereview hasil belajar. Itulah peran kecil yang mengawali Ken Sasmita menjadi seorang fasilitator nasional saat ini. Cerita ini sengaja ia sampaikan, agar para peserta termotivasi untuk menggeluti dunia training.
Sebelum memasuki materi, peserta diajak bermain dengan permainan perkenalan. Setiap orang menggambar wajahnya sendiri. Semua gambar dikumpulkan dan ditaruh di lantai. Peserta berdiri mengelilingi gambar tersebut. Mereka diajak bernyanyi sambil mengelilingi gambar tersebut. Sampai ketika Mas Ken bilang berhenti, mereka mengambil satu gambar yang paling diinginkan. Secara bergiliran, peserta menceritakan orang yang gambarnya ia pegang. Selanjutnya penjelasan di-cross check kepada orang yang bersangkutan. Selanjutnya, gantian orang tersebut menjelaskan ciri khas gambar yang sedang ia bawa. Demikian seterusnya sampai selesai. Sebuah cara berkenalan yang unik dan mendalam.
Setelah bermain game perkenalan, sebagai materi pertama, Mas Ken mengenalkan tentang keterampilan dasar mengelola forum. Untuk itu, Mas Ken mangajak empat orang untuk berpartisipasi, mencoba menjadi seorang trainer. Secara bergantian, empat orang tersebut menunjukkan kebolehannya. “Keempatnya bagus…”, demikian kesan Mas Ken setelah keempat orang tampil. Akan tetapi, Mas Ken menjaring masukan dari para peserta untuk lebih memperkaya keterampilan yang sudah dipelajari. Para peserta memberikan masukan, apa yang sudah baik dan apa yang harus diperbaiki.
Materi selanjutnya diberikan setelah break pertama. Materi tersebut adalah bagaimana membuka pertemuan. Kembali Mas Ken mengundang empat peserta untuk memperagakan membuka pertemuan. Mas Ken membagi empat orang menjadi dua kelompok. Setiap kelompok berdiskusi untuk membuka pertemuan forum kepala sekolah dan forum orangtua. Sebagai penyempurna dan untuk memetik pelajarannya, Mas Ken mengundang peserta yang lain untuk berkomentar dan memberikan masukan.
Materi yang tearkhir adalah bagaimana mereview dan membuat umpan balik dari hasil belajar. Peserta diberikan teknik bagaimana membuat desain reveiw dan umpan balik yang menarik.
Sebagai tambahan, peserta juga mendapatkan tips dan trik mengelola peralatan, teknik micing atau menggunakan mic, pengelolaan audio dan berbagai hal teknis lainnya. Peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya.
Di akhir pertemuan, peserta mengungkapkan kesannya sebagai peserta. Selain menjadi contoh bagaimana membuat review hasil belajar, Mas Ken juga menggunakan kesempatan tersebut untuk menggali kesan peserta terhadap hasil belajar. Mas Ken menanyakan tentang menu makanan yang disantap oleh peserta. Menu makanan tersebut kemudian dikaitkan dengan rasa dari pembelajaran yang telah diperoleh hari itu. Kata Mas Ken, ini cara yang mudah agar orang tidak langsung berpikir analitik menggunakan otak kiri. Agar orang bersukacita untuk berpartisipasi, yang harus disentuh awalnya adalah otak kanannya, baru ke otak kiri.
Pertemuan inspiratif hari itu ditutup kembali oleh Rudi Cahyono dengan sebuah pesan untuk menjadi diri sendiri. “Agar kita bisa menjadi seorang ahli atas ilmu yang kita miliki, maka kita harus menjadi diri sendiri. Itulah kenapa kita sangat berbeda antara di ruang karaoke dan ruang kelas. Kita begitu terlihat sangat ahli di ruang karaoke, tetapi menjadi layu di kelas. Kenapa itu bisa terjadi? Karena di ruang karaoke, kita menjadi diri sendiri”, begitu pesan dari Rudi [/ptpp].